@hari05 dari #30hari menulis bebas
Dalam pertemuan wali murid kali ini, ustadz N menyampaikan lagi, agar ayah bunda memerhatikan buku penghubung. Agar sebelum menandatangani buku penghubung, dibaca dulu. Jangan asal tanda tangan.
Sebab disitu ada pesan dari wali kelas tentang kendala yang dialami siswa. Begini ya ayah bunda sekalian, kewajiban mendidik anak itu utamanya orang tua.
Jangan berharap, ketika anak masuk sekolah, lulus nanti, trus tiba-tiba clink jadi anak hebat super baik ramah tamah siap mengarungi samudera kehidupan. Lha peranmu sebagai orang tua-nya apa…??
EFEK PANDEMI
Nih ya. Akibat pandemi kemarin, kemampuan literasi dan numerasi siswa di Indonesia, terlambat 4 tahun. Negara lain di kisaran 2 tahun. Artinya, kalaupun anak kelas 5 dan 6 sekarang ngebut sekolah rino lan wengi, g tidur g istirahat, baru kekejar setelah 2 tahun.
Bayangno… bayangno kalau ortunya kurang peduli terhadap anak-nya. Ngertinya anak sekolah, pulang main hp, tidur, besok sekolah lagi. Karena sudah mbayar sekolah, trus merasa tanggungjawabnya selesai..?? Yak ampun…
FENOMENA LAIN
Nah ini ada satu fenomena, efek pandemi juga, TIDAK SAYANK SAUDARA. Astaghfirullah…
Jadi awal tahun ajaran, anak ini sudah menandai buku penghubung, bagian sayank kakak-adik, dengan tanda silang.
Dan itu ditandatangani ortunya. Ustadz N masih mecoba berpikir sopitif. Sampai akhir bulan agustus masih disilang terus. Dan ortunnya tanda tangan juga.
Ustadz N mulai mikir, masak marahan satu bulan. Apa dia bukan anak kesayangan ya? Apa dia anak tiri? Apa dia anak pungut dari panti? Pikiran mulai kemana-mana.
Akhirnya ustadz N memberanikan diri bertanya kepada sang anak. “Nak, kenapa kamu ridak sayank kakak dan adik mu? Ada masalah apa?”
Si anak menjawab dengan lugu, “Sebab saya ndak punya kakak dan adik ustadz, jadi ndak ada yang bisa disayangi.”
Mak deg. Ustadz N segera menyarankan agar para orang tua siswa/ wali murid untuk reproduksi lagi. Ngoahaha. Paragraf terakhir ini hanyalah ngarang belaka.
Mbok ya kalau sudah mbaca dan ketawa tuh komen gitu lho. 🙂