@hari06 dari #30hari menulis bebas
Ngonten di Media Sosial
Banyak yang berpendapat, kalau mau posting karya di media sosial itu: harus bagus dulu. Kalau masih jelek sudah diposting, bisa-bisa dirujak netizen.
Padahal anggapan itu salah besar. Netizen itu membenci dan bahkan akan menghujat karya negatif. Misal ngonten di rumah makan kemudian menghina makanan atau tempatnya atau pemiliknya.
ITU PASTI DIHUJAT. Masih untung cuman dihujat, g dikasih kopi sianida.
Kalau karyamu masih jelek, kamu justru disupport. Diberi semangad hidup. Ayo upload lagi… jangan wafat duluan, yaelah mental lemah amat.
Bisa jadi anggapan netizen malah berkebalikan lho. Misal kamu nge-review HP seadanya. Minjem HP kawan yang jauh lebih jelek. Eh, netizan malah menjulukimu: David “JALANAN” GadgedIn.
Channel Youtube MastatagAppStore
Channel saya juga awalnya buruk banged kualitas videonya. Belum ngerti editing sama-sekali. Video pertama itu hanya rekam layar, langsung dari HP, tidak masuk laptop.
Eh. Meledag.
Setelah itu baru rekam layar dan rekam wajah degan webcam. Saya sadar netizen penisirin dengan wajah tamvan saya.
Demi waktu demi waktu, bisa monet, gajian dari youtube, jadi pegawai Sundar Pichai dan Google Incorporation. #ea2
Tapi demi waktu demi waktu juga, males ngonten… Ini lagi ikutan bootcamp content creator. Nyari komunitas agar semangad terjaga.
Kamu mau jadi content creator juga?
Banyakin nulis dah. Nulis apa aja dulu seperti Challange 30 hari menulis ini.
Apa? Tulisanmu jelek? Malaikat juga tahu…
Kalau kamu g pernah upload karyamu yang jelek itu, kamu juga g akan pernah upload karyamu yang bagus. Jelek itu adalah fase yang pasti dilalui dalam media sosial.
Masak kamu yang tiap hari cuman ndekem di rumah, kemudian ada ide ngonten, langsung upload, langsung bagus, viral, penuh puji-puji. Ya gajah pun iri lah.
Komenlah… akan aku jawab… beneran…
Maaf kalau tulisan ini tidak lucu, berikut daftar tulisan yang mengandung kelucuan: